Senin, 14 Desember 2015

Tantangan Peternak Kambing Organik Pola Makan Fermentasi

Dengan prinsip ternak kambing tanpa Angon, tanpa Ngarit, dan tanpa Bau Kotoran pola pakan fermentasi sangat di gemari bagi sebagian peternak kita. Pola pakan fermentasi kini sudah diterapkan oleh sebagian kecil peternak kambing di Indonesia, dan terbukti sukses, baik sukses dalam urusan irit waktu pemeliharaan, irit biaya pemeliharaan, efektif dalam meningkatkan hasil penjualan, sukses dalam mengembangkan agrobisnis dengan start awal peternakan kambing


Namun kesuksesan para peternak modern ini tentu saja sebelumnya melewati tahap sulit, diantaranya adalah :
  • Pola pikir lama. Pola pikir metode lama mengenai peternakan kambing sangat menghambat masuknya berbagai informasi perkembangan teknologi tepat guna untuk peternakan kambing. Hal ini terlihat dari pertanyaan-pertanyaan simple seperti : " kok mudah banget, kok kambing dikasih makanan jerami,  nanti kambing akan mati kalau makan pakanan yang tidak biasanya. nanti kambing bunting akan keguguran kalau makan pakan fermentasi, kualitas dagingnya dipertanyakan, lebih enak makan daging kambing yang makan hijauan, " dll.
  • Lingkungan. Komunitas peternak kambing di desa, biasanya sangat sensitif, apalagi kalau adanya ilmu-ilmu baru, mereka cenderung menolak, mencemooh dan tidak percaya, namun sebenernya perkembangan teknologi peternakan ini sangat membantu mereka dalam mengelola bisnis ternak kambingnya. Perlu diingat bahwa tidak selalu peternak akan mudah untuk mendapatkan pakan hijauan, apalagi kalau musim kemarau, nah pola makan fermentasi ini akan sangat membantu dalam pemberian pakan, sehingga di lingkungan peternak tidak akan ada lagi gesekan karena rebutan pakan hijauan .
  • Akses informasi. Akses informasi ini sangat memperngaruhi penyebaran informasi teknologi peternakan kambing modern, khsususnya mereka yang berada di pelosok dan belum tersentuh internet dan tidak kebagian dikunjungi oleh petugas dinas peternakan.
  • Akses penjualan. Pola pakan fermentasi sedikit banyak ditentang oleh para pedagang kambing, karena anggapan kualitas dagingnya jelek, kambing tidak sehat dll, namun perlu disadari, Indonesia masih mengimpor ribuan sapi dari Australia tiap tahunnya, pertanyaannya apakah disana ada orang yang tiap hari pergi " NGARIT RUMPUT " ? kayaknya tidak ada deh.. mereka menggunakan sistem pola makan fermentasi. Bagaimana rasa kualitas dagingnya, hmmmm enak-enak saja, buktinya ketika kita makan sate, tongseng kambing kita tidak pernah nanya, sebelumnya kambingnya dikasih makan apa ?.Perlu diingat ketika kita mampu mensupply kebutuhan pasar daging khususnya untuk daging kambing,  itu lah yang lebih disukai pasar karena mampu mencukupi kebutuhan pasar dengan harga yang lebih terjangkau. Ingat penjualan kambing bisa dilakukan sendiri dengan menggunakan jasa internet, kambing bisa dijual kemana saja, baik dalam keadaan hidup maupun dalam keadaan bentuk daging siap konsumsi. Ingat, masa depan peternakan kambing kita tidak hanya tergantung oleh para tengkulak kambing.
  • Terlalu keenakan dalam menerapkan pola pola pakan fermentasi, sehingga malas memberikan pakan hijauan. Situasi ini sering terjadi dalam masyarakat, karena kambing domba sudah mau makan pakan fermentasi kemudian peternak malas memberikan pakan hijauan, ini tantangannya karena pada kondisi alamiah, pakan hijauan adalah pakan utama yang wajib diberikan kepada kambing dan domba
Dengan adanya internet ini kami berharap sesama peternak kambing bisa saling berkomunikasi, berbagi ilmu dan berbagi peluang usaha sehingga usaha peternakan kambing kita semua bisa lebih efektif, produktif dan bisa menjadi mata pencaharian yang lebih baik di kemudian hari.

0 komentar:

Posting Komentar